Monday, January 26, 2009

"Bebal", hanya kata itu yang paling tepat!

Membenci: Aktifitas yang paling tidak kusukai dan paling menghabiskan banyak tenaga.

Tapi apa mau dikata jika semua situasi hanya bisa mengantarkan kita pada keadaan itu? Jika kesabaran sudah tidak bisa lagi mentolerir kekurangan manusia?


Penyakit hati ini yang sekarang sedang menghinggapi hati Sa. Mungkin karena kelemahan Sa sehingga penyakit hati ini tumbuh subur. Tapi memang banyak sekali "pupuk" yang membuat sulit sekali mencabut gulma ini. Hal-hal yang paling Sa benci, dilakukan oleh orang-orang terdekat Sa. Mau-tak-mau "pupuk" itu menyuburkan kebencian di hati.

Mungkin bisa Sa list perilaku-perilaku apa saja (saat ini) yang bisa membuat Sa membenci seseorang:

[1] Merokok yang dibarengi dengan aktifitas mengganggu akibat asap rokok-nya. Tak perlu panjang lebar membahas kenapa Sa benci rokok. Sudah rahasia umum.

[2] Tidak menjaga kebersihan dan kerapihan. Sa sadar, tingkat kebersihan dan kerapian orang berbeda-beda. Namun jika ketidak-bersihan dan ketidak-rapian nya mengganggu orang lain sehingga orang lain yang harus meng-handle hal tersebut, 1 atau 2 kali mungkin dapat ditolerir, tapi kalo keseringan, jadi capek juga. Masa tidak ada pembelajarannya sama sekali?

[3] Tidak menghargai privasi orang lain. Masalah ini sepertinya sudah jadi masalah umum, alias tipikal orang Indonesia sekali (red: kebanyakan masyarakat Indonesia melakukannya). Liat aja, acara infotaiment masih jadi acara yang menjamur dimana-mana, ini jadi indikasi kalau memang masyarakat Indonesia paling tidak bisa menghargai privasi orang lain. Password, file-file, barang-barang yang disimpan ditempat milik sendiri adalah contoh kepemilikan yang pribadi sifatnya. Sa paling benci ada orang yang seenak perutnya ngobrak-ngabrik hal-hal pribadi Sa. Mungkin mereka-mereka yang melakukan ini perlu diberi penyuluhan tentang yang mana ruang publik dan yang mana ruang pribadi.
(nb: Maaf Jambak, Sa benar-benar lupa, bukan disengaja.)

[4] Copy-cat. Dalam bahasa sunda biasa disebut "tutrut munding". Memberikan contoh yang baik adalah kewajiban setiap muslim kepada muslim yang lain sebagai bentuk dari saling memberi nasihat (Al Asr). Tapi apa yang terjadi jika yang dicontoh itu bukan hal-hal yang esensial. Misalkan: hari ini Sa beli barang A, besoknya dia beli barang A juga. Trus Sa pake barang B, besoknya dia pengen pake barang B juga. Annoying banget jadinya! Pada intinya Sa ga suka disama-sama-in.

[5] Mengulang hal-hal yang Sa benci seperti Allah tidak menurunkan akal padanya. Ini yang paling pas disebut dengan Bebal.


Jika ada yang berkomentar "benci itu tipis batasannya dengan cinta lho, Sa!". Yang ada dipikiran Sa adalah "sepertinya orang ini kurang pengalaman hidup." Menurut pengalaman di masa lalu (yang bukan Sa aja yang mengalami) klasifikasi "benci" yang batasnya tipis dengan "cinta" adalah jenis benci yang fase awalnya adalah cinta. Salah satu sifat cinta (selain kurang berlogika) adalah lebih mudah menuju kepada fasa kebencian. Jika cinta itu berkembang dengan baik, maka akan berubah menjadi cinta yang sesungguhnya, tapi jika cinta itu berkembang dengan cara yang buruk, biasanya berakhir pada fasa benci. Nah, benci seperti itu yang batasnya sangat kecil dengan cinta.

Tapi fasa benci yang terjadi pada Sa saat ini bukan benci yang sebelumnya telah diungkapkan. Tapi memang benci yang diawali dengan fase sabar yang demand dosisnya selalu meningkat sehingga mengakibatkan imunitas terhadap rasa sabar itu sendiri. Pada akhirnya rasa benci meraja-lela dan tak ada sangkut-pautnya dengan cinta.


Kawan, semoga tulisan di atas tidak menimbulkan image bahwa Sa mudah membenci dan Sa sulit memaafkan, yang membuat kalian takut berinteraksi dengan Sa. Percayalah, Sa bukan orang yang "sulit". Jika Sa merasa terganggu, pasti Sa pasti bilang. Jadi, santai saja sampai Sa protes, selama Sa ga protes, berarti Sa baik-baik saja.

Thursday, January 22, 2009

Berhenti sejenak di warung kopi, untuk menghirup aroma kehidupan!

Sudah lama sekali Sa tidak menulis hal-hal yang sedikit bermakna di blog ini. Kebanyak hanya masalah update keadaan, Sa sedang ini atau itu. Hambar lah!

Akhir-akhir ini banyak yang hal-hal yang lebih dari biasanya terjadi di sekitar Sa. Mulai dari hal yang real seperti kesibukan lab yang makin meningkat dan projek-projek kuliah -yang menyita waktu dan pikiran- sampai ke hal-hal yang tidak real (atau lebih tepat disebut bukan dalam bentuk material) seperti masalah perasaan.

Setelah terlewatnya kejadian-kejadian itu dan berkurangnya intensitas aktifitas memberikan Sa sedikit waktu untuk berpikir, merenung, mengevaluasi diri, jangan-jangan di waktu yang singkat ini sudah banyak sekali hal-hal penting yang terlewatkan atau bahkan terlupakan.

Dari waktu-ke-waktu, hal yang paling sulit dihadapi dalam hidup adalah masalah perasaan. Benda yang satu ini sulit diidentifikasi namun keberadaannya sangat nyata bahkan hal ini yang paling mempengaruhi jalan kehidupan manusia. Biarlah Sa sekarang lebih memfokuskan tulisan kali ini di masalah hubungan perempuan dan laki-laki. Masalah basi tapi mau gimana lagi, masalah ini yang paling menguras banyak pikiran dan tenaga.

Mungkin jika kita (terutama teman-teman di sekitar Sa) melihat interaksi yang tidak biasa dilihat, bisa dikatakan yang lebih intens, muncul reaksi-reaksi yang tidak biasa dan mungkin lebih mengarah ke dalam kategori reaksi yang heboh. Saat masih kuliah dulu, senior-senior kita mulai mencari strategi dan memutar otak bagaimana memberikan nasehat mengenai bahaya VMJ (Virus Merah Jambu) pada teman-teman kita yang terserang virus tersebut yang indikasinya terlihat dari interaksi lawan jenis yang “sedikit” berlebihan dari biasanya.

Sekarang ini, saat usia kita tidak bisa dikatakan sebagai ABG lagi, seperinya sudah tidak pantas kita diberi nasehat lagi soal VMJ. Pasti komentar orang yang menjadi target operasi adalah “emangnya aku anak kecil yang tidak mengerti hal seperti itu.” Disitu lah intinya, seharusnya saat ini kita sudah jauh sangat sadar dan paham mengenai cara dan jalan hidup yang kita ambil dan apa resiko dari pilihan kita tersebut. Bahasa yang lebih lazim digunakan adalah DEWASA. Konsekuensi dari kedewasaan tersebut adalah kita berani memilih, berani menerima resiko, dan menghargai pilihan orang lain.

Menurut Sa, [asumsi] kita adalah manusia dewasa, VMJ bukan lagi tema yang patut jadi sarapan hidup kita. Sedikit lebih keren lah, tema pernikahan, cara membangun pribadi anak yang tangguh, pemberdayaan masyarakat, dunia ekonomian dan topik-topik semacam itu yang patut jadi makan siang kita sehari-hari. Karena masalah VMJ itu seharusnya kita sudah sangat paham dan tahu harus berinteraksi seperti apa terhadap lawan jenis.

Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Janganlah hal yang sebenarnya mudah ini menjadi dipersulit. Lebih baik tenaga muda kita ini dihabiskan pada hal-hal yang lebih bermanfaat bagi orang banyak bukan bagi diri kita sendiri.

Manusia itu memang tidak ada yang sempurna tapi kita bisa melakukan apa yang kita bisa. Saat kita melihat kesempurnaan seorang manusia, bukan berarti dia tidak memiliki kekurangan, namun dia pandai menutupi kekurangan tersebut. Kekurangan-kekurangan yang kita miliki memang patut ditutupi, karena jika karena kekurangan kita terlihat dan ada orang lain yang tertular kekurangan kita tersebut, sangat disayangkan. Sedangkan jika kita memiliki kelebihan, perlihatkanlah dan berdo’a agar Allah memperindah pribadi kita dari yang disangkakan orang lain pada diri kita! Karena saat orang lain mencontohnya, semoga Allah memberikan pahala dan berkah yang lebih.

Saat hal-hal yang memberatkan hati menimpa kita, simpanlah dalam hati saja. Simpan baik-baik agar manusia menyadari bahwa dirinya bukan berarti apa-apa di dunia ini. Janganlah menyalurkan keluh-kesahmu pada manusia, berkeluh-kesahlah hanya pada Allah. Cobaan itu datang dari Allah, jangan “mengadukan” hal-hal yang datangnya dari Allah pada manusia yang tidak punya kuasa akan apa-apa. Nasehat ini yang dulu sering kita dengar dari kakak-kakak kita yang perduli pada keadaan adik-adiknya.

Terakhir, ingin ku katakan:

Saat membenci sesuatu, sampaikanlah!

Bisa jadi hal itu menjadi lentera dari kekhilafan.

Saat menyenangi sesuatu, katakanlah!

Bisa jadi hal itu menambah semangat untuk berjuang.

Saat bersedih, simpanlah sendiri!

Agar kesedihan tidak menentuh sekelilingmu.

Saat gembira, perlihatkanlah!

Agar ia menyebar dan menjadikan kehidupan ini lebih mudah di tapaki.

Hidup ini lebih mudah dijalanin bersama.

Dengan kawan setia yang senang melihat senyum tergambar di wajah,

Yang dapat diandalkan saat dunia menghimpit dada.

Kawan, kita pasti bisa!